Kamis, 18 Agustus 2011

Kecoa Mampu Melawan Bakteri Super


Kecoa Mampu Melawan Bakteri Super

Bila biasanya kecoa dianggap hewan yang menjijikan karena identik dengan tempat-tempat kotor dan tidak higienis, kini Anda perlu bersyukur pada hewan yang menggelikan ini. Karena menurut penelitian terbaru kecoa dapat memerangi bakteri super seperti MRSA dan bakteri Escherichia coli (E.coli).

Berdasarkan penelitian Simon Lee dari Universitas Nortingham, Inggris, kecoa dan belalang mengandung molekul antibiotik yang kuat di otak mereka yang dapat digunakan untuk mengembangkan pengobatan baru melawan Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus(MRSA) dan E. Coli.

Di banyak negara MRSA (bakteri yang kebal terhadap obat antibiotik) telah menjadi masalah. MRSA menyebabkan 50 persen dari semua infeksi yang didapat dari rumah sakit di Amerika Serikat. Di sejumlah negara Eropa, rata-rata 20.000 orang meninggal dunia tiap tahunnya dan sekitar 10 persen di antaranya dari MRSA.

Dalam penelitian mengenai kecoa dan belalang, para ilmuwan telah mengidentifikasi hingga sembilan molekul yang berbeda dan berpotensi menjadi racun terhadap bakteri-bakteri super tersebut. Para peneliti juga berharap akan membuka jalan bagi pengobatan baru untuk berbagai obat yang kebal terhadap infeksi bakteri.

Berdasarkan penlitian, jaringan otak dan sistem syaraf serangga bisa membunuh lebih dari 90% dari MRSA dan bakteri E.coli, tanpa merugikan sel-sel manusia. Simon Lee, yang akan menyajikan karyanya pada pertemuan Asosiasi Lembaga Masyarakat Untuk Mikrobiologi di Nottingham, mengatakan, "Kami berharap bahwa molekul-molekul ini akhirnya dapat dikembangkan menjadi pengobatan untuk E. coli dan infeksi MRSA yang semakin resisten terhadap obat-obatan saat ini."

"Hasil penelitian ini juga berpotensi sebagai antibiotik baru dapat memberikan alternatif untuk obat yang saat ini sudah tersedia dan cukup efektif tetapi memiliki efek samping yang serius dan tidak diinginkan," kata Lee.

Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik disebabkan penggunaan yang tidak sesuai dan pengobatan sendiri, ketidakpatuhan pasien seperti penghentian pengobatan, manajemen higienitas yang tidak cukup, dan tidak mengikuti praktik yang telah terbukti.


Bila biasanya kecoa dianggap hewan yang menjijikan karena identik dengan tempat-tempat kotor dan tidak higienis, kini Anda perlu bersyukur pada hewan yang menggelikan ini. Karena menurut penelitian terbaru kecoa dapat memerangi bakteri super seperti MRSA dan bakteri Escherichia coli (E.coli).
Berdasarkan penelitian Simon Lee dari Universitas Nortingham, Inggris, kecoa dan belalang mengandung molekul antibiotik yang kuat di otak mereka yang dapat digunakan untuk mengembangkan pengobatan baru melawan Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus(MRSA) dan E. Coli.
Di banyak negara MRSA (bakteri yang kebal terhadap obat antibiotik) telah menjadi masalah. MRSA menyebabkan 50 persen dari semua infeksi yang didapat dari rumah sakit di Amerika Serikat. Di sejumlah negara Eropa, rata-rata 20.000 orang meninggal dunia tiap tahunnya dan sekitar 10 persen di antaranya dari MRSA.
Dalam penelitian mengenai kecoa dan belalang, para ilmuwan telah mengidentifikasi hingga sembilan molekul yang berbeda dan berpotensi menjadi racun terhadap bakteri-bakteri super tersebut. Para peneliti juga berharap akan membuka jalan bagi pengobatan baru untuk berbagai obat yang kebal terhadap infeksi bakteri.
Berdasarkan penlitian, jaringan otak dan sistem syaraf serangga bisa membunuh lebih dari 90% dari MRSA dan bakteri E.coli, tanpa merugikan sel-sel manusia. Simon Lee, yang akan menyajikan karyanya pada  pertemuan Asosiasi Lembaga Masyarakat Untuk Mikrobiologi di Nottingham, mengatakan, "Kami berharap bahwa molekul-molekul ini akhirnya dapat dikembangkan menjadi pengobatan untuk E. coli dan infeksi MRSA yang semakin resisten terhadap obat-obatan saat ini."
"Hasil penelitian ini juga berpotensi sebagai antibiotik baru dapat memberikan alternatif untuk obat yang saat ini sudah tersedia dan cukup efektif tetapi memiliki efek samping yang serius dan tidak diinginkan," kata Lee.
Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik disebabkan penggunaan yang tidak sesuai dan pengobatan sendiri, ketidakpatuhan pasien seperti penghentian pengobatan, manajemen higienitas yang tidak cukup, dan tidak mengikuti praktik yang telah terbukti.

Sumber :Telegraph

LAPORAN PRAKTIKUM KARBOHIDRAT DAN PROTEIN


KARBOHIDRAT
A.     Pendahuluan

Karbohidrat adalah senyawa organik dengan rumus umum Cm (H2O)n.
        dibagi menjadi tiga golongan :
1)      Monosakarida             Contoh : Glukosa, Fruktosa
2)      Disakarida                   Contoh : Sukrosa, Laktosa
3)      Polisakarida                Contoh : Amilum
Untuk mengetahui adanya karbohidrat dalam suatu sampel dapat dilakukan tes Molisch  pembentukan furfural, selain itu reaksi khusua untuk mengetahui adanya monosakarida, disakarida dan polisakarida. Uji monosakarida dapat dilakukan dengan pereaksi Ag-amoniakal, fehling, luff, dan benedict.

B.      Tujuan :
1)      Ingin mengetahui kandungan karbohidrat dalam buah pisang.
2)      Membuktikan adanya karbohidrat dalam pisang.

C.      Alat Dan Bahan :
ü  Alat : Tabung reaksi, penjepit tabung, Lampu spiritus, Penangas air kaki tiga,            Kawat   kasa.
ü  Bahan : Reagen Molisch, H2SO4 Pekat, Reagen Luff, Amilum, Larutan 12, Glukosa 1%, Sukrosa 1%, dan bahan yang diuji.

D.     Prosedur
I. Uji Molisch ( Reaksi Umum Karbohidrat )
i.          Masukkan sedikit bahan yang akan diuji ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 1 – 2 ml air kemudian kocok. Jika perlu panaskan sebentar.
ii.         Tambahkan 3 – 5 tetes reagen Molisch (Larutan naftol dalam alkohol 95%), kocok.
iii.        Tambahkan H2SO4 Pekat secara perlahan – lahan di dindin tabung reaksi. Tidak boleh diteteskan langsung pada tabung reaksi.
iv.        Akan terjadi dua lapisan, lapisan sebelah bawah adalah asam sulfat dan sebelah atas adalah karbohidra, Pada batas antara dua lapisan terjadi cincin atau lingkaran warna ungu. Semua karbohidrat memberikan reaksi ini dan protein atau lemak yang mengandung gugus karbohidrat juga memberikan reaksi ini.

II. Uji Luff ( Uji monosakarida )
i.                    Dalam sebuah tabung reaksi, panaskan larutan yang diuji dengan pereaksi Luff, dengan perbandingan ( 2:1 ). Laruitan itu diperoleh dari bahan / makanan yang diuji dengan air dan jika perlu dipanaskan dengan air





ii.                  Terjadinya endapan yang berwarna orange atau jingga sampai berwarna merah menunjukkan adanya gula monosakarida dan atau dioksida dalam bahan sakarosa memberikanreaksi ini, jika sebelum dicampur dengan pereaksi Luf dipanaskan terlebih dahulu dengan asam sedikit.

III. Uji  Polisakarida
i.                    Pada bahan yang diperiksa, tambahkan  1 – 2 tetes pereaksi Lugol. Warna biru sampai hitam yang timbul menunjukkan adanya amilum.

E.       Hasil pengamatan
1)      Uji Molisch (Reaksi Umum Karbohgidrat)
Setelah diuji dengan cara uji Molisch menunjukkan bahwa :
·         Jagung : Tidak mengandung
·         Ganyong : Tidak mmengabdung
·         Kacang hijau ; Mengandung

2)      Uji Luff (Uji monosakarida)
Dengan percobaan menggunakan Uji Luff,menunjukkan bahwa :
·         Jagung : Mengandung
·         Kacang hijau : Mengandung
·         Putih telur : Tidak mengandung

3)      Uji Polisakarida
Dengan menggunakan percobaan diatas,diketahui bahwa :
·         Putih telur : Tidak mengabdung
·         Ganyong : Mengandung
·         Kacang hijua ; Mengandung





















PROTEIN
A.     Pendahuluan
Protein terdiri dari sam-asam amino, satundengan lainnya dihubungkan membentik ikatan peptidapat. Ada ikatan peptida dapat ditunjukkan dengan reaksi pembentukan kompleks Cu – protein basa, cara ini dikenal dengan reaksi Biuret. Ikatan peptida hanya terdapat pada protein, sehingga uji biuret digunakan sebagai reaksi umum untuk menunjukkan adanya protein. Terdapat pula reaksi khusus untuk protein atau asam amino seperti reaksi millon, xantoprotein.
Protein dapat digumpalkan jika direaksikan dengan ion logam berat, juga dapat tergumpalkan oleh harga Ph tertentu.

B.      Tujuan :
1.      Mengetahui kandungan protein yang ada pad tahu kuning.
2.      Membuktikan adanya protein dalam tahu kuning.

C.      Alat Dan Bahan
Alat : Tabung reaksi, Jepit tabung reaksi, Lampu spiritus.

Bahan : Putih telur, Larutan NaOH, Larutan CuSO4, Pereaaksi milon, Bahan
 Makanan yang diuji.

D.     Prosedur
                                i.            Uji Biure
1.      Masukkan albumin/ bahan yang akan diuji ke dalam tabung reaksi.
2.      Tambahkan larutan NaOH, kocok.
3.      Tambahkan 3 – 4 tetes larutan CuSO4, kocok.
4.      Tunggu beberapa saat.
5.      Terbentuknya warna ungu menunjukkan adanya protein. Reaksi ini disebut reaksi Biuret terhadap protein.
                              ii.            Uji Milon
1.      Masukkan 1 – 2 ml cairan yang diperiksa ke dalam tabung reaksi.
2.      Tambahkan 2 – 3 tetes pereaksi Milon
3.      Panaskan sebentar
4.      Terjadinya endapan yang berwarna merah menunjukkan adanya protein

E.      Hasil Pengamatan
1.      Uji biuret
Setelah mengadakan mengadakan percobaan dengan ditambahkan larutan NaOH dan 3-4 tetes laruitan CuSO4,.tahu kuning brubah menjadi biru kehijauan. Dengan adanya warna biru kehijauan pada tahu kuning menununjukkan bahwa tahu kuning mengandung protein.




Senin, 15 Agustus 2011

contoh laporan penelitian ilmiah ( tugas ekodas )


PENELITIAN LAMANYA WAKTU terhadap METAMORFOSIS ULAT (Lepidoptera) pada DAUN JERUK BUAH (Citrus sp)



JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
JL.Achmad Dahlan No. 76 Mojoroto- kediri
2010/2011


HALAMAN PENGESAHAN



Karya Tulis dengan judul



PENELITIAN LAMANYA WAKTU terhadap METAMORFOSIS ULAT (Lepidoptera) pada DAUN JERUK BUAH (Citrus sp)






TELAH DISAHKAN
PADA TANGGAL 27 MEI 2011





OLEH



                 Mengetahui,
    KETUA PROGRAM STUDI                                     DOSEN PEMBIMBING




Mumun Nurmilawati, SPd., MPd.                        Drs. Papib Handoko, MPd.

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami diberi kemampuan dan  kekuatan sehinngga bisa menyelesaikan tugas pengamatan mengenai Proses Metamorfosis pada Ulat daun buah jeruk.
Keberhasilan tersebut selain Ridha Allah SWT juga berkat jalinan kerja sama yang erat serta adanya rasa saling mempercayai diantara anggota kelompok maupun dosen mata kuliah terkait.
Sebagai pelengkap program mata kuliah Ekologi Dasar yang mempunyai peran penting dalam pelaksanaan teori yang telah diterima dalam kelas yang disampaikan oleh dosen terkait, selain itu hasilnya akan digunakan sebagai syarat penilaian untuk mengikuti Ujian Akhir Semester Ganjil.
Keberadaannya sangat bermanfaat untuk memberikan bekal kepada masyarakat sehingga mampu mengantarkan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, yang cerdas dan terampil serta menguasai IPTEK.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini, kami sampaikan terima kasih serta penghargaan yang sedalam-dalamnya dan semoga amal baik anggota/dosen pembimbing mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.






Kediri, 27 Mei 2011

                                                                                                                   
Penulis


DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Penngesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Penelitian
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Maksud dan Tujuan Penelitian
1.4  Metode Pengumpulan Data
BAB II. KAJIAN TEORI dan HIPOTESIS
            2.1 Kajian Teori
                        2.1.1 Dasar teori
            2.2 Hipotesis
BAB III. METODE PENELITIAN
            3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
            3.2 Petunjuk Pelaksanaan
                        3.2.1 Alat dan Bahan
                        3.2.2 Cara Kerja
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN
            4.1 Hasil
            4.2 Pembahasan
                        4.2.1 Jenis Hewan
                        4.2.2 Ciri-Ciri Hewan
                        4.2.3 Habitat
                        4.2.4 Lama Waktu Daur Hidup
                        4.2.5 Asal Ulat (larva/nimfa)
BAB V. PENUTUP
            5.1 Kesimpulan
            5.2 Saran
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL

  Tabel                                                                                                                         Halaman

1.      Lama waktu daur hidup kupu-kupu (Lepidoptera)
2.      Proses metamorphosis kupu-kupu (Lepidoptera)























DAFTAR GAMBAR

Tabel                                                                                                                           Halaman

4.1 Tumbuhan Jeruk (Citrus sp)         
4.2 Telur kupu-kupu (Lepidptera)
4.3 Larva (nimfa) kupu-kupu (Lepidoptera) pada tahap awal
4.4 Larva (nimfa) kupu-kupu (Lepidoptera) pada tahap dua, tahap tiga dan tahap akhir
4.5 Kepompong (pupa) yang menempel pada dahan
4.6 Kepompong (pupa) kupu-kupu (Lepidoptera)
4.7 Kupu-kupu (Lepidoptera) yang baru keluar dari kepompong
4.8 Kupu-kupu (Lepidoptera) yang baru keluar dari stoples
4.9 Daun Jeruk (Citrus sp) yang dimakan larva (nimfa)
4.10 Tangkai palsu larva (nimfa)
4.11 Sungut yang dikeluarkan larva (nimfa) saat keadaan bahaya















ANGGOTA KELOMPOK



1.   ACHMAD HAKIM MUZAKI     10.1.01.06.0012

2.   HANIF KURNIAWAN                 10.1.01.06.0038

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU KEGURUAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
Jl. KH. Achmad Dahlan No. 76 Mojoroto-kediri
2010/2011



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Penelitian

Kupu-kupu merupakan salah satu jenis satwa liar bangsa insecta yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap. Di alam, kupu-kupu memiliki nilai penting, yaitu sebagai penyerbuk pada proses pembuahan bunga. Hal ini secara ekologis turut memberi andil dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati. Biasanya hidup pada habitat teresterial dan komposisi jenisnya bervariasi menurut kondisi habitatnya. Keanekaragaman jenis kupu-kupu dan habitatnya sangat luas dari dataran rendah sampai hutan pegunungan tinggi, 0 - 2000 mdpl (Sihombing, 1999: 65). Pekarangan rumah merupakan salah satu habitat kupu-kupu. Keberadaan kupu-kupu dipengaruhi oleh komposisi vegetasi dan kondisi lingkungan sekitar serta besarnya gangguan manusia. Kelangsungan hidup kupu-kupu sangat ditunjang dengan tersedianya tumbuhan dalam hal ini adalah daun sebagai sumber makanan yang digunakan sebagai zat pembangun tubuh dan sumber energi juga merupakan faktor penting dalam metamorfosis kupu-kupu (Lepidoptera) baik pada tahap larva (ulat), maupun pada tahap imago (kupu-kupu dewasa), dan tersedianya tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai pelindung (Tarumingkang dan Rudi,1994:48). Penelitian yang mengkaji tentang lama waktu metamorfosis larva kupu-kupu (Lepidoptera) dilakukan pada daun yaitu daun jeruk buah (Citrus sp).


1.1  Rumusan Masalah

a.       Hewan apakah ini ?
b.      Bagaimana ciri-ciri hewan ini ?
c.       Dimana tempat hidupnya atau habitatnya ?
d.      Kapan (lama waktu) daur hidupnya ?                  
e.       Mengapa hewan ini sampai ada di pohon jeruk buah ?


1.2  Maksud dan Tujuan Penelitian

Laporan penelitian (observasi) ini disusun dengan tujuan :
1)      Sebagai sarana untuk dapat berpikir secara sistematis agar mampu mengidentifikasi, merumuskan, menganalisa masalah dan mencari solusi atau alternatif pemecahan suatu masalah.
2)      Untuk membandingkan realita yang ada di lapangan dengan teori pembelajaran yang sudah dipelajari di kampus.
3)      Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai masalah hama ulat pada pohon buah jeruk.
4)      Sebagai sarana bagi petani jeruk untuk menghadapi hama ulat jeruk.
5)      Pengalaman dan menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dasar.
6)      Sebagai bahan pengajaran atau praktikum mata kuliah Ekologi Dasar pada Program Studi Pendidikan Biologi khususnya bagi mahasiswa Universitas Nusantara PGRI Kediri


1.3  Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan laporan penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang dibahas, yaitu :
1.      Studi kepustakaan